Pembagian Sanad Ali
sebelum mempelajari pembagian sanad yang di dalamnya termasuk sanad ali, ada baiknya yang kita mempelajari pengertian sanad itu sendiri. Para muhaditsin membagi sanad ali menjadi
dua, yaitu ali mutlak dan ali nisbi.
a)
ali yang bersifat mutlak
Sanad ali yang bersifat mutlak adalah sebuah sanad yang bilangan
perawinya hingga sampai kepada Rasul s.a.w. lebih sedikit bila dibandingan
dengan sanad lain yang serupa.
Keutamaan sanad ali yang bersifat mutlak adalah menjadikan sanad
tersebut sebagai sanad yang berkualitas paling tinggi, jika sanadnya adalah
sanad yang sahih.
b)
ali yang bersifat nisbi (relatif)
Sanad ali yang bersifat nisbi adalah sebuah sanad yang bilangan
perawinya lebih sedikit jika dibandingkan dengan sanad yang dimiliki oleh para
imam ahli hadits. Seperti Syu’bah, Al-A’masyi, Ibnu Juraij, Ats-Tsauri, Malik,
asy-syafi’I, Bukhori, Muslim dan sebagainya, meskipun jumlah para perawi
setelah mereka hingga sampai Rasul s.a.w. lebih banyak.
Para ulama’ membagi sanad ali yang bersifat nisbi ini menjad empat
bagian, yaitu muwafaqoh, badal, musawah, dan mushahafah.
1)
Muwafaqah
Muwafaqoh adalah pabila ada seseorang meriwayatkan hadits hingga
sampai kepada guru salah seorang penulis kitab hadits melalui jalur sanad lain
yang jumlah perawinya lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah perawi yang
berada dalam jalur sanadnya sendiri melalui gurunya.
Sebagai contoh: Imam Bukhori meriwayatkan hadits dari Qutaiah, dari
Malik. Seandainya kita meriwayatkan hadits tersebut melalui jalur Imam bukhori,
maka jumlah perawi antara kita dengan Qutaibah adalah delapan perawi. Namun
seandainya kita meriwayatkan hadts tersebut dari jalur Abul Al-Abbas As-Siroj
(salah satu guru Imam Bukhori), maka kita akan mendapatkan bahwa jumlah perawi
diantara kita dengan Qutaibah hanya tujuh perawi.
Dari contoh di atas, maka dapatlah diketahui telah terjadi
muwafaqoh, kecocokan antara Imam Bukhori denan gurunya tentang jalur sanad
hadits, namun sanad gurunya lebih tinggi dari sanad Imam Bukhori.
2)
Badal
Badal adalah seorang meriwayatkan hadits hingga sampai kepada guru
dari guru seorang penulis hadits melalui jalur sanad lain yang jumlah para
perawinya lebih sedikit dari pada jumlah para perawi yang ada pada jalur
sanadnya melalui gurunya.
Contoh badal adalah sama dengan contoh muwafaqoh yang tersebut di
atas. Yaitu jika terdapat jalur sanad lain hinggga sampai kepada Al-Qo’nabi
(salah satu guru Imam Bukhori) dari Malik. Maka Al-Qo’nabi dalam jalur sanad
ini sebagai badal dari Qutaibah.
3)
Musawah
Musawah adalah kesamaan jumlah para perawi dalam sebuah sanad yang
dimiliki seorang perawi denan jumlah para perawi yang ada dalam sanad lain
milik seorang penulis kitab hadits dari awal sampai akhir.
Contohnya: imam Nasa’i meriwayatkan sebuah hadits yang jumlah
perawinya dari beliau sampai rasul s.a.w. senanyak sebelas perawi. Kemudian
kita meriwayatkan hadits tersebut melalui jalur sanad lain yang jumlah
perawinya dari kita sampai rasul s.a.w. sebayak sebelas perawi. Berarti terjadi
musawah (persamaan) di antaa kita ddengan Imam An-Nasa’I dalam hal jumlah
perawi.
4)
Mushafahah
Mushafahah adalah kesamaan jumlah perawai sebuah sanad dengan
jumlah perawi dalam sanad seorang murid
salah satu penulis kitab hadits dari awal sampai akhir.
Dinamakan musafahah karena pada umumnya jika dua orang bertemu
mereka jabat tangan. Sedangkan kita pada bagian keempat ini seakan-akan bertemu
dengan Imam Nasa’i dan seakan-akan kita menjabat tangan beliau.
Setiap jenis dari jenis-jenis sanad ali mempunyai lawan dari sanad
yang nazil, karena sesuatu yang tinggi dapat diketahui dengan lawannya yaitu
sesuatu yang rendah.
Sanad ali (sedikit jumlah perawi) sangat dicari karena semakin
sedikit jumlah perawimaka semakin dekat dengan keshahihan an kesalahan menjadi
sedikit. Akan tetapi apabila dalam sanad nazil terdapat kelebihan yang tidak
terdapat dalam sanad ali, misalnya perawinya lebih terpercaya, lebih kuat
hafalannya, atau lebih faham terhadap agama, maka sanad yang nazil itu lebih
diutamakan dari sanad yang ali.
Di antara nama-nama kitab hadits bersanad ali adalah kitab tsulatsiyyat,
kitab hadits yang memuat hadits-hadits dengan sanad tiga orang perawi antara
perawi penulis kitab hadits dengan Rasul s.a.w..
Sedangkan diantara nama-nama kitab tsulutsiyyat dan pengarangnya
adalah:
1.
Tsulutsiyyat Al-Bukhori karya Ibnu Hajjar Al-Asqolani.
2.
Tsulutsiyyat Ahmad bin hambal karya Imam As-Safarini.